Beranda | Artikel
Tanggapan Kaum Musyrikin terhadap Dakwah Tauhid
Sabtu, 15 Juli 2023

Allah Ta’ala berfirman,

وَعَجِبُوۤا۟ أَن جَاۤءَهُم مُّنذِرࣱ مِّنۡهُمۡۖ وَقَالَ ٱلۡكَـٰفِرُونَ هَـٰذَا سَـٰحِرࣱ كَذَّابٌ

أَجَعَلَ ٱلۡـَٔالِهَةَ إِلَـٰهࣰا وَ ٰ⁠حِدًاۖ إِنَّ هَـٰذَا لَشَیۡءٌ عُجَابࣱ

Dan mereka merasa keheranan tatkala datang kepada mereka seorang pemberi peringatan dari kalangan mereka, dan orang-orang kafir itu pun berkata, ‘Ini adalah tukang sihir dan pendusta. Apakah dia (Muhammad) menjadikan sesembahan-sesembahan ini menjadi satu sesembahan saja? Sungguh, ini adalah perkara yang sangat mengherankan.’” (QS. Shad: 4-5)

Allah Ta’ala berfirman,

كَذَ ٰ⁠لِكَ مَاۤ أَتَى ٱلَّذِینَ مِن قَبۡلِهِم مِّن رَّسُولٍ إِلَّا قَالُوا۟ سَاحِرٌ أَوۡ مَجۡنُونٌ

أَتَوَاصَوۡا۟ بِهِۦۚ بَلۡ هُمۡ قَوۡمࣱ طَاغُونَ

Demikianlah, tidak datang kepada orang-orang sebelum mereka seorang rasul pun, melainkan mereka (kaumnya) berkata, ‘Tukang sihir atau orang gila.’ Apakah mereka saling berpesan dengannya? Bahkan, mereka itu adalah orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Az-Zariyat: 52-53)

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّهُمۡ كَانُوۤا۟ إِذَا قِیلَ لَهُمۡ لَاۤ إِلَـٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ یَسۡتَكۡبِرُونَ

وَیَقُولُونَ أَىِٕنَّا لَتَارِكُوۤا۟ ءَالِهَتِنَا لِشَاعِرࣲ مَّجۡنُونِۭ

Sesungguhnya mereka dahulu, apabila dikatakan kepada mereka ‘laa ilaha illallah’, maka mereka menyombongkan diri (menolaknya). Mereka berkata, ‘Apakah kami harus meninggalkan sesembahan-sesembahan kami karena mengikuti seorang penyair gila?’” (QS. Ash-Shaffat: 35-36)

Pengakuan orang musyrik terhadap tauhid rububiyah

Tauhid rububiyah adalah sesuatu yang telah menjadi fitrah manusia dan hakikat yang diterima oleh akal sehat mereka. Orang-orang kafir sekalipun sebenarnya mengimani hal ini di dalam hatinya.

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَىِٕن سَأَلۡتَهُم مَّنۡ خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَ ٰ⁠تِ وَٱلۡأَرۡضَ لَیَقُولُنَّ خَلَقَهُنَّ ٱلۡعَزِیزُ ٱلۡعَلِیمُ

Dan sungguh, jika engkau (Muhammad) tanyakan kepada mereka, ‘Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?’ Tentu mereka akan menjawab, ‘Yang menciptakannya adalah Zat Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui.’” (QS. Az-Zukhruf: 9)

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَىِٕن سَأَلۡتَهُم مَّنۡ خَلَقَهُمۡ لَیَقُولُنَّ ٱللَّهُۖ فَأَنَّىٰ یُؤۡفَكُونَ

Sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka, ‘Siapakah yang menciptakan diri mereka?’ Niscaya mereka menjawab, ‘Allah.’ Lalu, dari mana mereka bisa dipalingkan (dari menyembah Allah)?” (QS. Az-Zukhruf: 87)

Ibnu Abil ‘Izz Al-Hanafi rahimahullah berkata, “Sesungguhnya orang-orang musyrik Arab dahulu telah mengakui tauhid rububiyah. Mereka pun mengakui bahwa pencipta langit dan bumi ini hanya satu.” (lihat Syarh Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyah, hal. 81; lihat juga Fath Al-Majid, hal. 16; Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 6: 201 dan 7: 167)

Baca juga: Memahami Tafsir Tauhid

Tauhid rububiyah saja belum cukup!

Iman terhadap rububiyah Allah belum bisa memasukkan ke dalam Islam. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا یُؤۡمِنُ أَكۡثَرُهُم بِٱللَّهِ إِلَّا وَهُم مُّشۡرِكُونَ

Dan tidaklah kebanyakan mereka beriman kepada Allah, melainkan mereka juga terjerumus dalam kemusyrikan.” (QS. Yusuf: 106)

Ikrimah berkata, “Tidaklah kebanyakan mereka (orang-orang musyrik) beriman kepada Allah, kecuali dalam keadaan berbuat syirik. Apabila kamu tanyakan kepada mereka, ‘Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?’ Maka, mereka akan menjawab, ‘Allah.’ Itulah keimanan mereka, namun di saat yang sama mereka juga beribadah kepada selain-Nya.” (lihat Fath Al-Bari, 13: 556)

Syekh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan menjelaskan, “Sebagaimana pula wajib diketahui bahwa pengakuan terhadap tauhid rububiyah saja tidaklah mencukupi dan tidak bermanfaat, kecuali apabila disertai pengakuan terhadap tauhid uluhiyah (mengesakan Allah dalam beribadah) dan benar-benar merealisasikannya dengan ucapan, amalan, dan keyakinan…” (lihat Syarh Kasyf Asy-Syubuhat, hal. 24-25).

Tauhid uluhiyah adalah konsekuensi dari tauhid rububiyah

Allah berfirman menceritakan tanggapan kaum Nabi Hud atas dakwah beliau ‘alaihis salam. Ketika Nabi Hud bersabda, “Sembahlah Allah saja, tidak ada bagi kalian sesembahan (yang benar) selain Dia.” Mereka pun menanggapi, “Apakah kamu datang supaya kami menyembah hanya kepada Allah?!’” (QS. Al-A’raf: 65-70 secara makna)

Allah mengisahkan sikap kaum musyrikin ketika diajak untuk mengikrarkan kalimat tauhid. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّهُمۡ كَانُوۤا۟ إِذَا قِیلَ لَهُمۡ لَاۤ إِلَـٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ یَسۡتَكۡبِرُونَ

وَیَقُولُونَ أَىِٕنَّا لَتَارِكُوۤا۟ ءَالِهَتِنَا لِشَاعِرࣲ مَّجۡنُونِۭ

Sesungguhnya mereka itu ketika dikatakan kepada mereka ‘laa ilaha illallah’, maka mereka menyombongkan diri. Mereka mengatakan, ‘Apakah kami harus meninggalkan sesembahan-sesembahan kami hanya demi mengikuti seorang penyair gila?’” (QS. Ash-Shaffat: 35-36)

Mereka (kaum musyrik di masa Nabi) memahami bahwa kalimat tauhid menuntut mereka meninggalkan ibadah kepada selain Allah dan wajibnya mengesakan Allah dalam hal ibadah. Mereka juga paham bahwa apabila mereka mengucapkan kalimat ini, sementara mereka terus beribadah kepada berhala, tentu hal itu menjadi perkara yang bertentangan (kontradiktif). Sementara para pemuja kubur di masa kini tidak peduli dengan adanya kontradiksi yang sangat buruk ini. Mereka mengucapkan laa ilaha illallah, tetapi mereka juga menujukan ibadah kepada orang-orang mati dan mempersembahkan berbagai bentuk ibadat kepadanya. Sungguh celaka orang-orang yang Abu Jahal dan Abu Lahab saja lebih paham tentang makna tauhid daripada mereka. (lihat keterangan Syekh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah dalam risalah beliau Ma’na Laa ilaha illallah, hal. 15)

Syekh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah memaparkan, “Mengapa para nabi tidak berkonsentrasi pada penetapan tauhid rububiyah dan dakwah kepadanya? Sebab tauhid rububiyah adalah sesuatu yang telah mereka akui. Mereka tidaklah mengingkarinya, dan tidak ada seorang pun yang berani mengingkari tauhid rububiyah selamanya, kecuali karena kesombongan semata. Karena pada hakikatnya, tidak ada seorang pun yang meyakini (selamanya) bahwa alam semesta menciptakan dirinya sendiri. Bahkan, kaum Majusi Tsanuwiyah sekalipun, yang berkeyakinan bahwa alam semesta ini memiliki dua pencipta. Meskipun demikian, mereka tetap meyakini bahwa salah satu di antara keduanya lebih sempurna. Mereka meyakini bahwa tuhan cahaya menciptakan kebaikan, sedangkan tuhan kegelapan menciptakan keburukan. Sementara mereka mengatakan bahwa tuhan cahaya adalah tuhan yang baik dan bermanfaat. Adapun tuhan kegelapan adalah tuhan yang buruk … ”

“… Intinya, tidak akan anda temukan selamanya seorang pun yang berkata bahwa alam semesta ini diciptakan tanpa adanya Sang Pencipta, kecuali orang yang sombong. Sedangkan orang yang sombong semacam ini adalah termasuk golongan orang musyrik. Adapun masalah (tauhid) uluhiyah, maka itulah permasalahan yang menjadi sumber pertikaian dan pertentangan antara para rasul dengan umat mereka.” (lihat Syarh Al-Qawa’id Al-Hisan, hal. 21)

Syekh Al-Utsaimin rahimahullah berkata, “Di antara perkara yang mengherankan adalah kebanyakan para penulis dalam bidang ilmu tauhid dari kalangan belakangan (muta’akhirin) lebih memfokuskan pembahasan mengenai tauhid rububiyah. Seolah-olah mereka sedang berbicara dengan kaum yang mengingkari keberadaan Rabb (Allah) (walaupun mungkin ada orang yang mengingkari Rabb (Sang Pencipta dan Penguasa alam semesta)). Akan tetapi, bukankah betapa banyak umat Islam yang terjerumus ke dalam syirik ibadah?” (lihat Al-Qaul Al-Mufid ‘ala Kitab At-Tauhid, 1: 8)

Demikian sedikit kumpulan catatan terkait tanggapan kaum musyrikin terhadap dakwah tauhid. Hal ini memberikan pelajaran bagi kita bahwa masih banyak di antara kaum muslimin ini yang tidak paham tentang tauhid, padahal ia menjadi pondasi tegaknya agama.

Apabila ketidakpahaman ini terjadi pada orang awam, maka masalahnya lebih ringan. Akan tetapi, jika kebodohan ini terjadi pada kalangan intelektual atau penguasa dan ahli agama, maka masalahnya jauh lebih berat. Semoga Allah Ta’ala memberi petunjuk kepada para pemimpin negeri ini.

Baca juga: Makna Tauhid

***

Penulis: Ari Wahyudi, S.Si.


Artikel asli: https://muslim.or.id/86054-tanggapan-kaum-musyrikin-terhadap-dakwah-tauhid.html